25 dhjetor 2007

Nonton Ketoprak Gratis dan Berhadiah

Harian KOMPAS,Jawa Timur, Senin, 21 April 2003

SELAMA kurun waktu setengah tahun, sejak Oktober 2002 lalu, ketoprak Siswo Budoyo THR Surabaya telah memberikan penghiburan gratis kepada warga masyarakat. Dalam perkembangannya, hiburan gratis adalah setiap hari Rabu malam, tetapi gairah warga masyarakat penonton terus berkurang."Karena penontonnya agak sepi, rata-rata 60-70 persen dari kapasitas 500 tempat duduk, saat pementasan gratis nonton Siswo Budoyo, maka hari pertunjukan kami ubah menjadi Sabtu malam setiap pekan sekali, sejak April," kata Humas Ketoprak Siswo Budoyo THR Surabaya, Sudarsi, kepada Kompas hari Jumat (18/4) di Surabaya.
Perubahan hari pementasan ini cukup memberikan arti signifikan terhadap keinginan pihak manajemen maupun pendukung dana. Artinya, sejak pementasan tanggal 5 April malam lalu, animo warga masyarakat untuk menonton ketoprak ini meluber hingga membuat sebagian penonton berdiri. Berbarengan dengan perubahan hari pementasan Siswo Budoyo, pihak pengelola, atas dukungan dana dari Ketua MPR Amien Rais, memberikan rangsangan berupa kupon undian untuk setiap penonton yang menyaksikan ketoprak ini."Setiap penonton dewasa, tidak termasuk anak-anak, kami beri kupon berhadiah. Jadi, sudah nonton gratis ketoprak Siswo Budoyo, dapat hadiah lagi," tutur Darsi. Pemberian hadiah berupa VCD player, kipas angin, radio compo, setrika, dan tas sekolah adalah bentuk usaha manajemen Siswo Budoyo atas dukungan penyandang dana untuk merangsang minat kalangan anak muda agar menyukai kesenian tradisi ketoprak. Darsi tidak mengetahui secara pasti mengapa jumlah penonton ketoprak Siswo Budoyo membeludak, namun dia menduga, untuk sementara waktu barangkali karena tersangsang untuk mendapatkan hadiah."Agar penontonnya ndak segera meninggalkan tempat pertunjukan, untuk pengundian, hadiahnya kami lakukan sehabis pementasan. Mereka memang kami paksa untuk nonton sampai akhir cerita, kan lama-lama mereka akan suka," ujarnya. Jika rangsangan berupa hadiah itu telah mendorong warga masyarakat penonton untuk beramai-ramai menyaksikan pertunjukan ketoprak Siswo Budoyo, pihak manajemen pun berharap besar napas kesenian tradisi-satu-satunya yang masih bertahan di THR Surabaya-lebih panjang."Kalau yang nonton ketoprak itu anak-anak muda, ya, napas Siswo Budoyo ini akan lebih panjang. Sebaliknya, kalau yang nonton cuma orang-orang tua, ya, akan cepat habis," katanya.Berkenaan dengan pengambilan hadiah, Darsi menandaskan, pihaknya pun tidak memungut satu persen pun uang dari pemenang undian, walaupun sebagian dari mereka kerap menyodorkan uang karena merasa gembira mendapatkan hadiah. "Kami katakan kepada mereka, hadiah itu juga gratis dan tak perlu diganti dengan uang," ujarnya.Sokongan dana untuk ketoprak Siswo Budoyo THR Surabaya dari Ketua MPR ini masih akan mengalir hingga September tahun 2003. Namun, pihak manajemen ketoprak berharap dukungan dana itu terus berlanjut. Dan, hari Sabtu lalu, pemimpin Siswo Budoyo THR Surabaya Rachman Sam akan bertemu dengan Amien Rais di Yogyakarta."Hari Kamis lalu, Pak Rachman dikontak Pak Amien, ’silakan kalau mau ketemu saya di Yogya’. Kemungkinan besar akan membicarakan rencana Siswo Budoyo ke depan," kata Darsi.Siswo Budoyo ini adalah satu-satunya kesenian tradisi yang masih bertahan hidup di Kompleks THR Surabaya. Jika tanpa dukungan dana dari sponsor ataupun pemerintah, kesenian tradisi apa pun termasuk ketoprak bakal sulit bertahan."Kesenian tradisi kalau tidak dibantu dukungan dana, ya berat. Kalaupun hidup, itu pun sangat berat bebannya, misalnya saja, untuk bayar listrik per bulannya antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta," ujarnya.Menyoal agenda pementasan ketoprak di lapangan Bungkul, 31 Mei mendatang, bertepatan dengan peringatan hari jadi Kota Surabaya ke-710, Darsi secara tegas mengatakan, terpaksa batal karena ketiadaan sponsor.Hari Sabtu malam lalu, Siswo Budoyo pentas dengan cerita Jaka Susila (kisah cinta dua nusa). Inti ceritanya, Raja Endro Negara dari Wewengker hendak memperistri gadis cantik, putri seorang Raja di Kediri. Sang gadis, Murniwati, tak bersedia dipersuntingnya. Lalu, sang raja itu pun menculik sang gadis.Jaka Susila, sang pemuda, berhasil menyelamatkan sang gadis dari tangan penculik, sang raja dari Wewengker. Namun, Jaka Susila harus berhadapan dengan Senopati Kediri, Tumenggung Wardana Prawira, yang juga menaruh perasaan cinta kepada sang gadis. Perkelahian pun tak terhindarkan, dan Jaka Susila tewas.Kentantri, seorang perempuan Bali, yang menemukan mayat sang pemuda itu, dengan kesaktian dan pusaka "Kembang Wijaya Kusuma"-nya berhasil menghidupkannya kembali. Lalu, keduanya jatuh cinta dan merajut bahtera rumah tangga.Di akhir kisah, Jaka Susila berhasil mendamaikan perseteruan antara Raja Wewengker dengan Senopati Kediri. Dan, dia pun akhirnya memperistri sang gadis yang pernah dia selamatkan itu.Pesan cinta dan damai, itulah yang barangkali hendak ditawarkan oleh sang sutradara, Totok Sunarto. (TIF)

Nuk ka komente:

televisi indonesia