30 tetor 2008


PANGGUNG YANG MEGAH

Panggung ini biasanya digunakan untuk pentas kesenian tradisional Ketoprak Siswo Budoyo. Itu dulu.... sekarang saya tidak tahu lagi, karena saya sekarang sudah tidak aktif lagi di panggung, tetapi saya merasa prihatin yang cukup dalam karena kehidupan kesenian tradisional ketorak terutama siswo budoyo yang dulunya menjadi maskot jawa timur sekarang sudah tidak terdengar lagi.


Harapan kami sebagai pecinta seni adalah :
1. Pemerintah selaku pembuat kebijakan selayaknya mempedulikan budaya yang hampir punah ini sengan berbagai macam cara yang sifatnya langgeng dan rutin.
2. Berikan sarana, prasarana misalkan tempat (lokasi) untuk manggung dengan cuma-cuma.
3. Bebaskan biaya (retribusi, sewa gedung, listrik) setiap pertunjukkan jika group-group tersebut manggung.
4. Berikan biaya perawatan secara berkala dan pengawasannya.
5. Berikan usaha yang mampu membiayai dirinya sendiri.

13 janar 2008

foto ku


25 dhjetor 2007

Amien Rais Dan Siswo Budoyo di Tahun 2003

Diambil dari Harian KOMPAS, Jawa Tengah, Sabtu, 18 Januari 2003

AMIEN Rais, merupakan ikon politik. Terkenal dengan berbagai statement politik yang "keras": blak-blakkan, lansung tunjuk dan langsung tonjok. Gaya blakasutanya itu banyak disukai orang. Terutama yang merindukan perubahan. Lihatlah, pada masa rezim Soeharto-di mana orang bicara dan mengkritik dengan bisik-bisik-Pak Amien bicara lantang soal suksesi nasional. Otomatis, hal ini mengancam eksistensi Soeharto yang kebetulan, langganan menjadi presiden. Guliran isu suksesi itu, ditengarai menjadi ilham banyak orang untuk berani melawan ketakutan, khususnya terhadap rezim Orde Baru yang terkenal zalim itu. Hingga akhirnya, meletus reformasi, di mana andil politik dan kultural Pak Amin cukup signifikan.Di sisi lain, gaya blakasuta Pak Amien kurang disukai sebagian orang. Terutama yang berwatak konservatif dan mempercayai eufimisme sebagai cara yang paling strategis untuk mengkritik penguasa. Oleh kalangan ini, Pak Amien dianggap "kurang njawani".Persoalannya menjadi menarik, ketika Pak Amien yang dianggap "kurang njawani" itu akhir-akhir ini menunjukkan empati yang besar terhadap kesenian tradisional semacam ketoprak, wayang kulit, dan dagelan Mataram, yang merupakan produk budaya Jawa. Harian ini memberitakan Pak Amien memberikan bantuan dana Rp 180 juta kepada Ketoprak Balekambang Surakarta untuk masa satu tahun. Sebelumnya, Pak Amien juga memberikan apresiasi donasi kepada almarhum Basiyo, yang diserahkan langsung kepada keluarga maestro dagelan Mataram itu. Bantuan yang sama, konon, juga diberikan Pak Amien kepada Ketoprak Siswo Budoyo, Tulungagung, Jawa Timur, agar tetap eksis. Pak Amien juga menyanyi lagu-lagu campursari. Bahkan sudah direkam. Selain itu, dalam beberapa kali perhelatan Partai Amanat Nasional yang dipimpin Pak Amien, dipentaskan wayang kulit.Dagelan Mataram dan ketoprak serta wayang kulit, yang merupakan hasil olah kreatif jenius lokal Jawa yang menjadi wahana sosialisasi nilai-nilai ideal budaya Jawa. Berbagai nilai ideal dan ide sosial itu disampaikan lewat bahasa estetik (simbol dan metafora). Begitu juga dalam kritisismenya. Dagelan Mataram memilih cara guyon parikena, mengkritik lewat kelakar. Ketoprak dan wayang kulit menggunakan bahasa kias, yang dituang lewat kisah yang melibatkan berbagai tokoh dengan karakternya. Pendeknya, dagelan Mataram, wayang kulit maupun ketoprak lebih mempercayai bahasa pasemon atau eufimisme daripada bahasa terus-terang. Sifat semacam ini, menjadikan mereka disebut sebagai kesenian yang "njawani".Yang menarik, Pak Amien yang selama ini dianggap "kurang njawani" itu, justru mendukung kesenian tradisional Jawa yang "njawani". Kita bisa mewacanakan langkah Pak Amien itu: (1) Pak Amien ingin menyelami budaya Jawa secara lebih dalam, sehingga dapat menyerap berbagai nilai-nilai ideal/kearifan lokal yang bisa menjadi inspirasi kepemimpinan politiknya, (2) Pak Amien, dalam konteks sebagai pribadi dan pimpinan tertinggi PAN, memberi bukti bahwa dirinya tidak antiseni-budaya (Jawa) dan memandang seni-budaya Jawa sebagai aset bangsa untuk menciptakan sivilisasi masyarakat. Diharapkan pula, citra kultural itu terpancar pada PAN. Syukur, mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam pemilu mendatang, (3) Pak Amien sedang membantah anggapan bahwa dirinya adalah orang Jawa yang "kurang njawani". Menjadi orang Jawa tidak harus eufimistik, namun bisa juga terus-terang dengan elegan; dan (4) Pak Amien memang nothing to loose, ikhlas, tanpa pamrih ikut menyokong ketoprak, dagelan Mataram dan wayang kulit yang selama ini termarjinalisasi.Kita bisa bermain-main dugaan terhadap langkah kultural (juga langkah politis?) Pak Amien. Tapi, lepas dari hal itu, Pak Amien telah memberikan manfaat yang besar bagi sebagian pelaku kesenian tradisional Jawa. Setidaknya, bantuan dana Pak Amien bisa mengulur nafas mereka untuk tetap setia ngrungkebi kesenian tradisional, di tengah kepungan budaya massa yang dimanjakan oleh televisi swasta dan kalangan pemodal besar.Pak Amien telah memberikan contoh, bagaimana kelas sosial menengah harus bersikap: tidak melupakan akar budayanya. Begitu pula yang terjadi di Jepang dan di negara-negara Utara (Eropa-Amerika), di mana kelas menengah rela membelanjakan anggarannya untuk kegiatan kultural. Tidak seperti di sini, di mana kelas menengah menyerupai pialang: sibuk melipatgandakan keuntungan.INDRA TRANGGONO, Cerpenis dan Pemerhati Sosial-Budaya.

Nonton Ketoprak Gratis dan Berhadiah

Harian KOMPAS,Jawa Timur, Senin, 21 April 2003

SELAMA kurun waktu setengah tahun, sejak Oktober 2002 lalu, ketoprak Siswo Budoyo THR Surabaya telah memberikan penghiburan gratis kepada warga masyarakat. Dalam perkembangannya, hiburan gratis adalah setiap hari Rabu malam, tetapi gairah warga masyarakat penonton terus berkurang."Karena penontonnya agak sepi, rata-rata 60-70 persen dari kapasitas 500 tempat duduk, saat pementasan gratis nonton Siswo Budoyo, maka hari pertunjukan kami ubah menjadi Sabtu malam setiap pekan sekali, sejak April," kata Humas Ketoprak Siswo Budoyo THR Surabaya, Sudarsi, kepada Kompas hari Jumat (18/4) di Surabaya.
Perubahan hari pementasan ini cukup memberikan arti signifikan terhadap keinginan pihak manajemen maupun pendukung dana. Artinya, sejak pementasan tanggal 5 April malam lalu, animo warga masyarakat untuk menonton ketoprak ini meluber hingga membuat sebagian penonton berdiri. Berbarengan dengan perubahan hari pementasan Siswo Budoyo, pihak pengelola, atas dukungan dana dari Ketua MPR Amien Rais, memberikan rangsangan berupa kupon undian untuk setiap penonton yang menyaksikan ketoprak ini."Setiap penonton dewasa, tidak termasuk anak-anak, kami beri kupon berhadiah. Jadi, sudah nonton gratis ketoprak Siswo Budoyo, dapat hadiah lagi," tutur Darsi. Pemberian hadiah berupa VCD player, kipas angin, radio compo, setrika, dan tas sekolah adalah bentuk usaha manajemen Siswo Budoyo atas dukungan penyandang dana untuk merangsang minat kalangan anak muda agar menyukai kesenian tradisi ketoprak. Darsi tidak mengetahui secara pasti mengapa jumlah penonton ketoprak Siswo Budoyo membeludak, namun dia menduga, untuk sementara waktu barangkali karena tersangsang untuk mendapatkan hadiah."Agar penontonnya ndak segera meninggalkan tempat pertunjukan, untuk pengundian, hadiahnya kami lakukan sehabis pementasan. Mereka memang kami paksa untuk nonton sampai akhir cerita, kan lama-lama mereka akan suka," ujarnya. Jika rangsangan berupa hadiah itu telah mendorong warga masyarakat penonton untuk beramai-ramai menyaksikan pertunjukan ketoprak Siswo Budoyo, pihak manajemen pun berharap besar napas kesenian tradisi-satu-satunya yang masih bertahan di THR Surabaya-lebih panjang."Kalau yang nonton ketoprak itu anak-anak muda, ya, napas Siswo Budoyo ini akan lebih panjang. Sebaliknya, kalau yang nonton cuma orang-orang tua, ya, akan cepat habis," katanya.Berkenaan dengan pengambilan hadiah, Darsi menandaskan, pihaknya pun tidak memungut satu persen pun uang dari pemenang undian, walaupun sebagian dari mereka kerap menyodorkan uang karena merasa gembira mendapatkan hadiah. "Kami katakan kepada mereka, hadiah itu juga gratis dan tak perlu diganti dengan uang," ujarnya.Sokongan dana untuk ketoprak Siswo Budoyo THR Surabaya dari Ketua MPR ini masih akan mengalir hingga September tahun 2003. Namun, pihak manajemen ketoprak berharap dukungan dana itu terus berlanjut. Dan, hari Sabtu lalu, pemimpin Siswo Budoyo THR Surabaya Rachman Sam akan bertemu dengan Amien Rais di Yogyakarta."Hari Kamis lalu, Pak Rachman dikontak Pak Amien, ’silakan kalau mau ketemu saya di Yogya’. Kemungkinan besar akan membicarakan rencana Siswo Budoyo ke depan," kata Darsi.Siswo Budoyo ini adalah satu-satunya kesenian tradisi yang masih bertahan hidup di Kompleks THR Surabaya. Jika tanpa dukungan dana dari sponsor ataupun pemerintah, kesenian tradisi apa pun termasuk ketoprak bakal sulit bertahan."Kesenian tradisi kalau tidak dibantu dukungan dana, ya berat. Kalaupun hidup, itu pun sangat berat bebannya, misalnya saja, untuk bayar listrik per bulannya antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta," ujarnya.Menyoal agenda pementasan ketoprak di lapangan Bungkul, 31 Mei mendatang, bertepatan dengan peringatan hari jadi Kota Surabaya ke-710, Darsi secara tegas mengatakan, terpaksa batal karena ketiadaan sponsor.Hari Sabtu malam lalu, Siswo Budoyo pentas dengan cerita Jaka Susila (kisah cinta dua nusa). Inti ceritanya, Raja Endro Negara dari Wewengker hendak memperistri gadis cantik, putri seorang Raja di Kediri. Sang gadis, Murniwati, tak bersedia dipersuntingnya. Lalu, sang raja itu pun menculik sang gadis.Jaka Susila, sang pemuda, berhasil menyelamatkan sang gadis dari tangan penculik, sang raja dari Wewengker. Namun, Jaka Susila harus berhadapan dengan Senopati Kediri, Tumenggung Wardana Prawira, yang juga menaruh perasaan cinta kepada sang gadis. Perkelahian pun tak terhindarkan, dan Jaka Susila tewas.Kentantri, seorang perempuan Bali, yang menemukan mayat sang pemuda itu, dengan kesaktian dan pusaka "Kembang Wijaya Kusuma"-nya berhasil menghidupkannya kembali. Lalu, keduanya jatuh cinta dan merajut bahtera rumah tangga.Di akhir kisah, Jaka Susila berhasil mendamaikan perseteruan antara Raja Wewengker dengan Senopati Kediri. Dan, dia pun akhirnya memperistri sang gadis yang pernah dia selamatkan itu.Pesan cinta dan damai, itulah yang barangkali hendak ditawarkan oleh sang sutradara, Totok Sunarto. (TIF)

25 shtator 2007

Bukan Hanya KBS, Siswo Budoyo Pun Butuh Bapak Asuh


Bukan Hanya KBS, Siswo Budoyo Pun Butuh Bapak Asuh
Kompas/Abdul LathiefRachman SamUPAYA Kebun Binatang Surabaya (KBS) mencarikan bapak asuh tampaknya menimbulkan perasaan "iri" pada kelompok Ketoprak Siswo Budoyo yang belakangan ini mulai menunjukkan gairah. Bagaimana tidak, binatang saja dibiayai hidupnya, sementara manusia-apalagi mereka itu pelestari budaya tradisional-dibiarkan sekarat tidak terurus.
"Kesenian tradisional harus punya bapak asuh, kalau cuma mengandalkan karcis penonton, tidak memadai. Untuk melestarikan seni tradisi tidak butuh omongan saja, tetapi uluran tangan, walaupun kecil," ujar Rachman Sam, Koordinator Ketoprak Siswo Budoyo yang ditemui Kompas di Surabaya, akhir pekan lalu.
Tentu saja yang dimaksud bukan sekadar bapak asuh yang menopang hidup para seniman ketoprak, tetapi juga memberikan manajemen yang bisa mempertahankan bisnis ketoprak. Paling tidak seperti hanya ketoprak atau pertunjukan tradisional lain yang sekarang terkesan mewah setelah bisa tampil di layar kaca.
Seperti dikatakan Rachman, untuk bisa mengembalikan kehidupan Siswo Budoyo tidak perlu harus mendatangkan bintang-bintang sinetron cantik seperti dalam Ketoprak Humor dan Srimulat Jakarta. "Cukup bintang-bintang kesenian tradisi lain yang tidak kalah cantiknya, seperti Yati Pesek, misalnya," ujarnya bercanda.
Ketoprak asal Tulungagung ini berencana akan kembali menghibur warga Surabaya tahun depan. Karena itu, untuk keperluan panggung seperti tata lampu, dekorasi, dan tata busana, sekarang ini sedang mereka persiapkan dengan harapan saat pentas kembali nanti tidak mengecewakan penonton.
"Rencananya sebulan sekali pentas, dan waktu lima bulan ini kami mempersiapkan diri sehingga nantinya memang layak ditonton," katanya. Target pasar penonton pemanggungan kembali ketoprak ini adalah lapisan warga kelas menengah. Karena itu, kemasannya nanti harus lebih pada pertunjukan yang sifatnya humor yang menyegarkan hingga membawa penonton kesenian terkesan," katanya.
Tatkala Kompas menengok gedung ketoprak itu, salah seorang pemain sedang mengerjakan lukisan dekorasi panggung, sementara pemain yang lain sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, termasuk dua pemain yang kedapatan sedang membuat meja dari bahan kayu.
"Di samping menjadi seniman, mereka pun menyambung hidup dengan jalan mencari kerjaan lain. Ada yang berjualan, ada yang kerja serabutan," katanya.
Harapan para seniman tradisional itu kini mulai tumbuh. Stasiun televisi lokal JTV, misalnya, bahkan sudah menjalin kerja sama sampai empat episode, yakni Perkawinan Nyi Blorong (Dewata Cengkir), Lahirnya Joko Tingkir (Ki Kebo Kenongo Mbalelo), Kudono Warso Gugat (Kabut Jenggolo), dan Wulandari Pendekar Wanita (Pengkhianatan Demang Wono Keling).
"Tidak ada ikatan kontrak dengan stasiun televisi itu, karena kami tidak ingin terikat. Jadi, ya kontrak bebaslah, dan kami pun bebas untuk bekerja sama dengan stasiun televisi yang lain," kata Rachman. Jika stasiun televisi itu hendak mengambil gambar untuk siarannya, pihaknya pun siap dengan sebuah pementasan. "Artinya, kalau mereka mau, ya, shooting. Jadi, jangan sampai dikekang bekerja sama dengan pihak lain," ujarnya. (TIF

18 shtator 2007

INDONESIAKU

INDONESIA BARU BISA BERMIMPI
“BERSIH DARI KORUPTOR”


Indonesia dikenal dunia merupakan bangsa yang damai, ramah, dan bersahabat, beragam seni dan budaya, serta tanah airnya yang subur makmur dalam bahasa jawa (gemah ripah loh jinawi, tukul tanpo tinandur) harta kekayaan yang melimpah dengan kesuburan tanah yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh Negara lain.

Apakah hal itu menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang malas berpikir karena seluruh kebutuhan sudah tersedia di alam Indonesia. Bisa dibayangkan seandainya bangsa Indonesia hidup di Negara Jepang atau Negara lain yang tanahnya tandus.

Berbahagialah bagi bangsa Indonesia dan bangga-lah menjadi bagian dari bangsa yang besar, namun seluruh anugerah yang telah diberikan-Nya jangan sampai membuat kita terus terbuai dengan kemakmuran dan ketersediaan yang telah ada.

Sadarlah wahai para Koruptor jangan lagi kau makan harta yang bukan hartamu. Dan janganlah kau menggerogoti harta kekayaan Negara, yang menjadikan bangsa ini semakin terpuruk di tengah kesuburan dan kekayaan tanah airnya yang melimpah ruah. Bisa kita bayangkan betapa makmurnya Negara dan bangsa ini seandainya para pemimpin bangsa dari tingkat paling bawah sampai atas bersih dari korupsi. Mungkin kita tidak perlu lagi membayar pajak, mungkin kita nganggur saja akan mendapat tunjangan.

Kita harus bangkit, kita harus mengejar ketertinggalan, Jangan sampai kita di jajah oleh bangsa lain.
Terasakah kita bahwa kita sebenarnya sudah dijajah ?
Ekonomi kita ……
Politik dan hokum kita ……
Budaya kita ………

SEMUANYA DAN SEMUANYA

Tidak bisakah kita lepas dari semuanya itu ?????
Bagaimana caranya ??????




24 qershor 2007

Nasib Seni Tanpa Bantuan Pemerintah

Kesenian tradisional tanpa bantuan pemerintah ibaratkan tanaman tanpa ada air, kita tahu pasti akan mati, Seperti halnya seni tradisional tanpa campur tangan pemerintah otomatis akan punah. Kita tidak melihat lagi ludruk pentas, tidak ada lagi ketoprak pentas, apalagi wayang orang.

Bagaimana menggairahkannya
Kalau pemerintah khususnya dinas pariwisata sadar bahwa seni tradisional adalah aset budaya yang mampu menyerap wisatawan asing maka saya yakin mereka akan menghidupkan kesenian tradisional tidak hanya dengan kata-kata. tapi dengan tindakan yang nyata sebenarnya gampang, tapi membutuhkan pejabat yang peduli pada kesenian. Misalkan kita angkat saja seniman-seniman itu menjadi pegawai kontrak pemerintah yang tugasnya adalah membawakan seni yang mereka punya setiap hari, sebenarnya yang mereka harapkan adalah hanya sekedar bisa menyalurkan daya kreatifitas berkesenian dan hanya bisa untuk makan setiap harinya.
Saya yakin pemerintah mampu untuk itu !
Kenapa tidak dilaksanakan ?
Dinas pariwisata dengan bangganya melontarkan bahwa mereka telah melestarikan kebudayaan daerah ?
Tapi mana buktinya secara Riil-nya ? yang ada hanya festival-festival dan peresmian-peresmian serta penghargaan-penghargaan. Dari tahun ke tahun tetap hanya seperti itu saja tanpa ada kemajuan yang berarti bagi kesenian tradisional kita.

televisi indonesia